I planned to start 13 Days Mayo Diet by tomorrow. I already did my grocery shopping! :)
Here's why I'm confident that I'll go through the next 13 days diet just fine:
- I'm fine with skipping or having very little breakfast and or lunch (no it's not a good habit). I've been in a dental internship for four months now and that's keeping me from having a decent lunch, especially. Lol
- I'm a 'living alone student'. I just eat what I bought. So maybe I'll just have very little distraction if I'm strict at what I buy..
- I enjoy afternoon sports as well, like aerobics, 2 hours treadmill and static bike on fitness center, jogging at UGM Student Quad, teehee :D
What scares me, though:
- The 13 Days Mayo Diet is probably Indonesian made. It's said that it's from Mayo Clinic of USA, but hey, they didn't say about the restriction nor the 13 days menu. If you think that this diet is clinical/scientific, you're wrong, nobody has found an English-Languaged journal about it...
- I love salty/savory menus more than the sweet ones! :(
- The restrictions from this diet, knowing that this diet is for detoxicating your body (and the weight loss is merely a bonus), are SALT (no salt whatsoever), processed SUGAR (I can live without it), and CARBO. I didn't find any carbo food on the menu.
- Baked, smoked, olive-oil fried, or boiled chicken, egg, and meat is on the menu. But, because I love salty/savory food more than ever, I decided to exclude chicken and meat from it. I can't eat them without the decent spice, I can't have them tasteless :(
So I decided to have a boiled and raw vege, boiled egg, fruit, yoghurt (I planned to buy the plain yoghurt, it's 0.9 USD more expensive than the tasteful one, sigh), and greentea. I can't even have a whole wheat toast in it! :(
Well. My target is 5-8kgs reduced. I wonder how my body would look like if I weigh 42, or maybe 40 kgs. Lol. (I'm petite, 154cm/47.5 kg. My fat belly and thighs are annoying.)
The culinary traveling is off my plans for 13 days! Will update soon, wish me luck!
Senin, 19 Januari 2015
Kamis, 16 Januari 2014
Perbedaan dan Persamaan Benedict Cumberbatch dan Tom Hiddleston
Persamaan:
1. Dua-duanya aktor Inggris (bukan Skotlandia, bukan Irlandia, bukan Wales, tapi Inggris)
2. Tingginya di atas 180 cm (Swoon! Benedict 184 cm, Tom 188 cm)
3. Dua-duanya berambut keriting.
4. Dua-duanya berambut coklat gelap saat ini, dan itu bukan warna asli rambut mereka (Benedict merah, Tom pirang)
5. Dua-duanya jomblo.... (Guys, I love you, but I really want to see you settle with the right girl. Terutama Benedict sama pacar terakhirnya pacaran 12 tahun terus putus -.-")
6. Dua-duanya friendly dan sangat periang sama interviewer (Apalagi Benedict. Percampuran yang tepat antara muka cool sama attitude gak tau malu ;;))
7. Dua-duanya sedang berusia 30-an (Benedict 37, Tom 32)
8. Dua-duanya main di War Horse.
9. Dua-duanya punya logat dan suara yang bikin cewek2 pingsan.
10. Dua-duanya punya nama belakang yang aneh...
Perbedaan:
1. Benedict melejit banget lewat TV Show (Sherlock), Tom melejit lewat film (Thor, sebagai Loki)
2. Benedict di Sherlock karakternya cool banget dan cenderung emotionless, padahal aslinya cablak banget dan sering outshined pewawancaranya dalam soal ngelucu. Sedangkan Tom di Thor karakternya tengil, lucu, dan bikin orang2 kesel, padahal aslinya ramah dan cenderung 'gak mulai ngelucu duluan'.
2. Tom jauh lebih kurus daripada Benedict (ah, they're still drop-dead sexy).
3. Benedict lebih cablak, humoris, dan nggak tau malu kalo diinterview, kalo Tom lebih segan, pemalu, gak mulai nyablak duluan, tapi selalu ramah dan punya tawa yang lebar.
4. Sama-sama jarang barechested di depan kamera sih.. tapi Tom beberapa kali nude di dalam film. Kalo Benedict setauku cuma pernah bottom-nude di Atonement.
5. Tom bermata biru terang, kalo Benedict bermata hijau terang kebiruan (kebayang betapa bagusnya...)
5. Tom lagi sering tampil dengan jenggot dan kumis, kalo Benedict lebih sering clean-shaven.
Dua2nya sama2 bikin aku gila akhir2 ini.. lol... tapi sekarang lagi ketagihan Benedict soalnya mukanya bikin mabokk (seksi abis), perannya di Sherlock cool banget, dan orangnya di kehidupan nyata ternyata cablak banget. Haha.
Pertama kali ketagihan British Gentlemen gara2 Matthew Macfadyen di Pride and Prejudice. Gantengnya, suaranya, gesturnya sampe sekarang masih bikin mabok...
Hidup Birtish Gentlemen! :D
1. Dua-duanya aktor Inggris (bukan Skotlandia, bukan Irlandia, bukan Wales, tapi Inggris)
2. Tingginya di atas 180 cm (Swoon! Benedict 184 cm, Tom 188 cm)
3. Dua-duanya berambut keriting.
4. Dua-duanya berambut coklat gelap saat ini, dan itu bukan warna asli rambut mereka (Benedict merah, Tom pirang)
5. Dua-duanya jomblo.... (Guys, I love you, but I really want to see you settle with the right girl. Terutama Benedict sama pacar terakhirnya pacaran 12 tahun terus putus -.-")
6. Dua-duanya friendly dan sangat periang sama interviewer (Apalagi Benedict. Percampuran yang tepat antara muka cool sama attitude gak tau malu ;;))
7. Dua-duanya sedang berusia 30-an (Benedict 37, Tom 32)
8. Dua-duanya main di War Horse.
9. Dua-duanya punya logat dan suara yang bikin cewek2 pingsan.
10. Dua-duanya punya nama belakang yang aneh...
Perbedaan:
1. Benedict melejit banget lewat TV Show (Sherlock), Tom melejit lewat film (Thor, sebagai Loki)
2. Benedict di Sherlock karakternya cool banget dan cenderung emotionless, padahal aslinya cablak banget dan sering outshined pewawancaranya dalam soal ngelucu. Sedangkan Tom di Thor karakternya tengil, lucu, dan bikin orang2 kesel, padahal aslinya ramah dan cenderung 'gak mulai ngelucu duluan'.
2. Tom jauh lebih kurus daripada Benedict (ah, they're still drop-dead sexy).
3. Benedict lebih cablak, humoris, dan nggak tau malu kalo diinterview, kalo Tom lebih segan, pemalu, gak mulai nyablak duluan, tapi selalu ramah dan punya tawa yang lebar.
4. Sama-sama jarang barechested di depan kamera sih.. tapi Tom beberapa kali nude di dalam film. Kalo Benedict setauku cuma pernah bottom-nude di Atonement.
5. Tom bermata biru terang, kalo Benedict bermata hijau terang kebiruan (kebayang betapa bagusnya...)
5. Tom lagi sering tampil dengan jenggot dan kumis, kalo Benedict lebih sering clean-shaven.
Dua2nya sama2 bikin aku gila akhir2 ini.. lol... tapi sekarang lagi ketagihan Benedict soalnya mukanya bikin mabokk (seksi abis), perannya di Sherlock cool banget, dan orangnya di kehidupan nyata ternyata cablak banget. Haha.
Pertama kali ketagihan British Gentlemen gara2 Matthew Macfadyen di Pride and Prejudice. Gantengnya, suaranya, gesturnya sampe sekarang masih bikin mabok...
Hidup Birtish Gentlemen! :D
Selasa, 14 Januari 2014
Fanfic: Sherlock Holmes and Molly Hooper (Sherlolly)
Labu-labu kuning di seluruh pedesaan Abbington hancur. Tidak dimakan,
namun hancur. Seluruh desa menyalahkan Tuan Landak karena kejadian ini.
"Aku bahkan tidak doyan labu," kata Tuan Landak bingung. "Dia pasti
mengejar kunang-kunang di malam hari lagi hingga membuat labu kita
hancur!"
Tuan Landak makin bingung. Ia adalah pengamat
bintang yang handal dan disegani. Hampir semua perkiraan musim
diprediksi tepat di tangannya. Setiap malam, ia mengamati bintang untuk
bukunya, dan sesekali ia menangkapi kunang-kunang karena kunang-kunang
juga bersinar dan lebih 'dekat'. Tapi Tuan Landak tidak pernah berbuat
keributan, apalagi merusak tanaman warga.
"Lihat durinya, lihat!" teriak Kakek Kelinci, "Dia bisa merusak apa saja karena durinya!"
"Ya! Ramalan terakhirnya juga tidak tepat, panen kami gagal! sekarang labu kami dihancurkannya!"
"Pergi dari Abbington! Pergi!"
Tuan
Landak pergi dari Abbington tanpa bicara apapun. Dia tidak mau melawan
warga yang marah padanya di Abbington. Teman-temannya bingung karena
Tuan Landak sudah tidak pulang seminggu penuh, tanpa pesan.
Dia melihatku meneteskan air mataku. Aku tidak menyadarinya. Aku bahkan tidak menyadari bahwa aku sedang memangku balita berambut coklat ikal ini, dengan buku cerita Tuan Landak terbuka di hadapan kami, dan tiba-tiba aku menangis.
"Mummy, Mummy menangis..." dia menggapai-gapai wajahku lagi.
"Oh Morgan," aku memeluknya erat tanpa kuasa menahan airmataku. Morgan kecil mengelus-elus tanganku yang melingkari perutnya sambil terus memanggilku dengan bingung.
***
Kami tidak menikah. Kami tidak hidup bersama. Dia sering ke apartemenku jika dia sedang kabur tapi...lebih sering aku yang mengunjungi apartemennya. Ya, apartemennya di 221B Baker Street.
Sampai kami memiliki Morgan pun kami tidak bersama. Aku pindah ke apartemen yang baru--yang lebih layak untuk bayi--tapi dia tetap di apartemennya. Dia tentu sering datang dan sering tinggal, dan aku juga masih sering datang ke apartemennya dengan Morgan, tapi kami tidak tinggal bersama.
Hubungannya dengan Morgan? Dia tetaplah dia. Dia menanyakan dengan penuh sarkasme mengapa bayi selalu berliur banyak dan mengapa bayi tidak bisa ke kamar mandi sendiri. Dia bukan pengganti popok yang handal dan susu untuk Morgan sering dia campurkan untuk tehnya sendiri.
Namun dia bilang dia suka Morgan. Untuk ukuran bayi, Morgan tidak banyak menangis. Dia tak pernah keberatan menjaga Morgan selagi dia di apartemennya untuk memecahkan kasus. Saat Morgan berusia dua tahun dan sedang belajar bicara, dia tak keberatan berkutat di depan laptop dengan Morgan di pangkuannya--sementara Morgan mengulang semua kata yang baru ia pelajari. Saat Morgan berusia tiga tahun, dia sudah banyak membicarakan kasus di depan anak itu dan mendengar kata-kata Morgan tentang kasusnya.
"Morgan lebih pintar daripada John," katanya.
***
Lalu kenapa kami bersama?
Suatu malam, dia tiba-tiba masuk ke laboratorium RS St. Bart dan meraih pergelangan tanganku untuk bilang, "Jangan pergi." Dia mencium pipiku, lalu bibirku. Setelah itu aku tidak ingat, jika kau tahu apa maksudku.
Hubungan kami tidak jelas, tapi dia pernah memberiku cincin tanpa berkata apapun. Dia hanya tersenyum waktu membuka kotak itu di depanku. Saat itu ulang tahunku, dan aku memakai gaun yang dia bilang, lagi-lagi, "kau pakai untuk menutupi ukuran dadamu."
Makan malam itu cukup dingin dan tanpa kata seperti biasanya. Hanya saja, dia menjauhkan segala macam alkohol dari jangkauanku. Lalu dia mengajakku berdansa, katanya, "jangan sia-siakan gaunmu."
Kemudian aku muntah di dadanya. Aku punya Morgan dalam perutku.
***
"Sherly," katanya suatu hari.
"Sherly, apa?"
"Jika perempuan, maka beri nama Sherly."
"Maksudmu, Sherlock dan Molly?," tanyaku.
Dia berpaling dan menatapku lurus. Mungkin maksudnya 'Sherlock versi perempuan'.
Aku berkedip kaget, tersenyum sedikit, dan berkata dengan bingung, "Anak kita sudah lahir Sherlock, dia sudah dua tahun, sekarang sedang di pangkuanmu, tertidur."
Sherlock berpaling, menepuk-nepuk punggung Morgan sambil menghela nafas, "Yeah, aku ingin menamainya Sherly tapi kau tidak setuju."
***
Morgan sudah tertidur di selimut dan kasurnya yang hangat. Aku menutup buku cerita 'Tuan Landak' dan menaruhnya di rak. Aku berpaling, menatap ke luar jendela. Ini sudah dua tahun.
Ya benar, dua tahun. Ia sudah pernah menghilang selama dua tahun sebelum ini, saat dia pura-pura mati untuk melawan Moriarty. Kali ini, dua tahun, hampir dua tahun tiga bulan dia pergi. Belum ada tanda-tanda akan kembali.
Ponselku berbunyi dan di layar terlihat nama yang kukenal.
"Halo."
"Hi Babe."
Aku menghela nafas, "Yeah, Richard ada apa?"
"Morgan sudah tertidur?"
"Sudah."
"Besok kau akan butuh nanny," kata Richard di seberang sana, "Aku sudah buat reservasi di L'Eclaire."
Aku tertawa, "kau ingat."
"Tentu, Sayang, ulang tahunmu, bagaimana aku bisa lupa," dia membuat suara ciuman di telepon, "Sampai besok malam."
****
Aku duduk sendirian di meja L'Eclair saat itu. Suasana terlihat normal tapi Richard belum datang. Seperti biasa, Richard memang sering terlambat.
Tiba-tiba ada orang yang duduk di hadapanku, membuka menu di mejanya dan menggumamkan nama-nama sampanye.
Aku mendongak dan terdiam. Laki-laki itu, berambut ikal dan bermata hijau laut, dengan hidung yang tegas dan tulang pipi yang tinggi, duduk begitu saja di hadapanku tanpa berkata apa-apa.
"Oh," dia menatap mataku lalu menutup buku menunya, "Akhirnya kau sadar. Ayo pergi."
Dia meraih tanganku dan menggeretku ke luar. Aku refleks menepis tangannya, lalu menampar pipinya.
"Aku sedang kencan," kataku marah, dengan airmata di pelupuk mataku.
"Jangan kau tunggu lagi, dia sudah ditangkap polisi. Ya ampun Molly, kapan kamu berhenti mengencani orang bermasalah," dia hanya memutar matanya lalu meraih tanganku lagi, "Ayo pergi."
Aku tak kuasa waktu dia menarik tanganku ke luar. Di depan restoran, baru aku bisa mengumpulkan kepalaku dan menepis tangannya pelan, tertahan, dengan air mata yang akhirnya tumpah, "Tidak, Sherlock. Kau tidak bisa datang dan pergi begitu saja."
"Oh ya, tentu aku bisa. Menurutmu untuk siapa aku melakukan ini?"
"Untuk klienmu."
"Untuk klien, untuk negara, untuk Ratu, siapa yang peduli?" dia membenahi mantelnya dan menarik tanganku untuk yang ketiga kalinya, "Ayo."
"Sherlock..."
"Aku rindu Sherly."
Aku terdiam. Sherly? Siapa yang dia maksud?
Dia menghela nafas karena aku tak mau mengambil langkahku. Dia berbalik, menatap mata coklatku, dan berbisik di hadapanku, "Kuharap dia berambut merah dan bermata hijau."
Kemudian dia mencium pipiku, lalu bibirku. Selanjutnya aku tidak ingat. Jika kau tahu apa yang aku maksud.
***THE END****
Minggu, 12 Mei 2013
These Damned Directors
Saya salah satu penikmat film, terutama film luar negeri yang punya cerita bagus, lucu, atau sedih (tapi bukan menye-menye). Sebagai penikmat film saya sering googling tentang aktris dan aktor, tapi saya sering bingung kenapa sebagian orang mengagumi sutradara.
Saya bingung apa yang orang kagumi dari sutradara. Sutradara kan hasil kerjanya di mana2 'sama aja', dan hasil kerja aktor lebih kelihatan. Misalnya James Cameron, Steven Spielberg, atau Quentin Tarantino. Oke, film mereka emang terjamin bagus, tapi ya udah terus kenapa? Selain Tarantino, saya nggak bisa melihat style mereka. Gak ada sesuatu yang menonjol yang bisa saya kagumi. Well, mungkin bukan selera aja kali ya ._.
Well, this doesn't apply to these three badboys: Christoper Nolan, Edgar Wright, dan Joe Wright. Saya, yang sebelumnya gak tau apa bedanya satu sutradara dengan yang lain, kagum berat sama mereka.
1. Edgar Wright:
Saya tulis dia duluan karena saya lagi kagum berat sama dia. Film pertama yang saya tonton adalah Shaun of The Dead, tapi itu dulu waktu tayang di TV, jadi saya gak merhatiin. Lalu saya nonton Scott Pilgrim vs The World dan film itu absurd banget. Gaya humornya kayak komik, suka banget. Saya suka potongan gambarnya yang cepat dan mendadak. Well, saya kurang suka sama Michael Cera (yang jadi Scott Pilgrim) sih, tapi ini style film yang menonjok saya di muka dan membuat saya berpikir, "udah tiga tahun saya rutin nonton film, kenapa baru ini yang selera saya banget?"
Habis itu saya nonton ulang Shaun of The Dead, dan saya baru sadar kalo sutradaranya sama. Well, dulu waktu googling Scott Pilgrim saya cuma mikir "sutradara ini baru sekali megang film hollywood" tapi ternyata karyanya di Inggris udah banyak, termasuk TV Series. Abis itu saya nonton Hot Fuzz, film tentang polisi yang absurd tapi case-nya twisty dan bagus banget. Film Shaun of The Dead banyak dipuji sebagai film zombie yang ngena dan menghibur, lalu Hot Fuzz dipuji karena plotnya yang mengejutkan dan gak biasa.
Meskipun film-filmnya gak se-megasukses Chris Nolan, tapi saya sama2 suka dua orang ini dan dengan gaya yang berbeda, ranking mereka sama.
2. Chris Nolan:
Gaya Christoper Nolan adalah neonoir, film psikologis kriminal yang berlapis-lapis dan sangat twisty. Saya suka orang ini karena dia bisa menulis filmnya sendiri dan menginterpretasikan tulisannya dengan sangat baik. Saya nggak perlu ngomong panjang lebar, kalian bisa nonton Inception, Memento, dan Batman series yang terbaru. Gayanya yang paling kelihatan tentu di Inception, Memento, dan The Dark Knight (seri batman yang kedua). Saya sampe nggak bisa cerita, pokoknya bagus banget. Di film Memento kita bahkan langsung kaget sendiri tentang 'siapa penjahatnya'.
Dia keturunan Inggris-Amerika, tapi karena tinggal lama di Inggris, logat Inggrisnya masih kental. Bakatnya top-notch, dengan kejeniusan macam ini, dia gak kalah deh sama Stev Spielberg :3
3. Joe Wright:
Kalo dari yang saya tahu sih dia bukan saudara dekat Edgar Wright meskipun nama belakangnya sama. Saya udah nonton 3 karyanya, yaitu Pride and Prejudice (2005), Hanna (2011), dan Atonement (2007). Yang bikin saya suka sih Pride and Prejudice, soalnya dia bisa bikin film yang sangat romantis, dengan sinematografi yang sangat indah dan mengeksploitasi alam, bahkan dia bisa bikin aktrisnya seperti dalam lukisan. Kalo cuma itu mungkin gak cukup ya, ITU FILM DRAMA ROMANTIS PERTAMANYA. Selama ini dia selalu menyutradarai tv series psikologis ataupun thriller. Hebat ya. Coba tonton aja sendiri, semua elemen keromantisan di Pride and Prejudice terambil dengan baik di tangannya.
***
Sebenernya masih ada satu sutradara lagi yang saya suka gayanya, yaitu Richard Ayoade. Gayanya quirky, cepat, dan sinematografinya sangat kreatif. Keren banget mengingat background utamanya ada aktor. Tapi saya baru sekali nonton film garapan dia, jadi ya itu dulu aja deh :3 Well, semua orang yang kesebut di atas itu orang inggris lho :3
Trus masih banyak sutradara lain yang saya suka. Saya mungkin bukan suka gayanya tapi suka film garapan mereka, contohnya Garry Ross, sutradara Hunger Games (2012) dan Marc Webb sutradara (500) Days of Summer. Saya nggak tau gaya mereka kayak apa, tapi saya suka filmnya karena quirky dan punya karakter yang kuat.
Well, cuma 3 harapan saya: semoga Edgar Wright semakin banyak bikin film yang absurd, semoga mereka bertiga berfoto dalam satu frame (at least Edgar dan Chris?), dan semoga bakal banyak sutradara muncul dengan karya hebat dan distinctive.
cheers!
Saya bingung apa yang orang kagumi dari sutradara. Sutradara kan hasil kerjanya di mana2 'sama aja', dan hasil kerja aktor lebih kelihatan. Misalnya James Cameron, Steven Spielberg, atau Quentin Tarantino. Oke, film mereka emang terjamin bagus, tapi ya udah terus kenapa? Selain Tarantino, saya nggak bisa melihat style mereka. Gak ada sesuatu yang menonjol yang bisa saya kagumi. Well, mungkin bukan selera aja kali ya ._.
Well, this doesn't apply to these three badboys: Christoper Nolan, Edgar Wright, dan Joe Wright. Saya, yang sebelumnya gak tau apa bedanya satu sutradara dengan yang lain, kagum berat sama mereka.
1. Edgar Wright:
Saya tulis dia duluan karena saya lagi kagum berat sama dia. Film pertama yang saya tonton adalah Shaun of The Dead, tapi itu dulu waktu tayang di TV, jadi saya gak merhatiin. Lalu saya nonton Scott Pilgrim vs The World dan film itu absurd banget. Gaya humornya kayak komik, suka banget. Saya suka potongan gambarnya yang cepat dan mendadak. Well, saya kurang suka sama Michael Cera (yang jadi Scott Pilgrim) sih, tapi ini style film yang menonjok saya di muka dan membuat saya berpikir, "udah tiga tahun saya rutin nonton film, kenapa baru ini yang selera saya banget?"
Habis itu saya nonton ulang Shaun of The Dead, dan saya baru sadar kalo sutradaranya sama. Well, dulu waktu googling Scott Pilgrim saya cuma mikir "sutradara ini baru sekali megang film hollywood" tapi ternyata karyanya di Inggris udah banyak, termasuk TV Series. Abis itu saya nonton Hot Fuzz, film tentang polisi yang absurd tapi case-nya twisty dan bagus banget. Film Shaun of The Dead banyak dipuji sebagai film zombie yang ngena dan menghibur, lalu Hot Fuzz dipuji karena plotnya yang mengejutkan dan gak biasa.
Meskipun film-filmnya gak se-megasukses Chris Nolan, tapi saya sama2 suka dua orang ini dan dengan gaya yang berbeda, ranking mereka sama.
2. Chris Nolan:
Gaya Christoper Nolan adalah neonoir, film psikologis kriminal yang berlapis-lapis dan sangat twisty. Saya suka orang ini karena dia bisa menulis filmnya sendiri dan menginterpretasikan tulisannya dengan sangat baik. Saya nggak perlu ngomong panjang lebar, kalian bisa nonton Inception, Memento, dan Batman series yang terbaru. Gayanya yang paling kelihatan tentu di Inception, Memento, dan The Dark Knight (seri batman yang kedua). Saya sampe nggak bisa cerita, pokoknya bagus banget. Di film Memento kita bahkan langsung kaget sendiri tentang 'siapa penjahatnya'.
Dia keturunan Inggris-Amerika, tapi karena tinggal lama di Inggris, logat Inggrisnya masih kental. Bakatnya top-notch, dengan kejeniusan macam ini, dia gak kalah deh sama Stev Spielberg :3
3. Joe Wright:
Kalo dari yang saya tahu sih dia bukan saudara dekat Edgar Wright meskipun nama belakangnya sama. Saya udah nonton 3 karyanya, yaitu Pride and Prejudice (2005), Hanna (2011), dan Atonement (2007). Yang bikin saya suka sih Pride and Prejudice, soalnya dia bisa bikin film yang sangat romantis, dengan sinematografi yang sangat indah dan mengeksploitasi alam, bahkan dia bisa bikin aktrisnya seperti dalam lukisan. Kalo cuma itu mungkin gak cukup ya, ITU FILM DRAMA ROMANTIS PERTAMANYA. Selama ini dia selalu menyutradarai tv series psikologis ataupun thriller. Hebat ya. Coba tonton aja sendiri, semua elemen keromantisan di Pride and Prejudice terambil dengan baik di tangannya.
***
Sebenernya masih ada satu sutradara lagi yang saya suka gayanya, yaitu Richard Ayoade. Gayanya quirky, cepat, dan sinematografinya sangat kreatif. Keren banget mengingat background utamanya ada aktor. Tapi saya baru sekali nonton film garapan dia, jadi ya itu dulu aja deh :3 Well, semua orang yang kesebut di atas itu orang inggris lho :3
Trus masih banyak sutradara lain yang saya suka. Saya mungkin bukan suka gayanya tapi suka film garapan mereka, contohnya Garry Ross, sutradara Hunger Games (2012) dan Marc Webb sutradara (500) Days of Summer. Saya nggak tau gaya mereka kayak apa, tapi saya suka filmnya karena quirky dan punya karakter yang kuat.
Well, cuma 3 harapan saya: semoga Edgar Wright semakin banyak bikin film yang absurd, semoga mereka bertiga berfoto dalam satu frame (at least Edgar dan Chris?), dan semoga bakal banyak sutradara muncul dengan karya hebat dan distinctive.
cheers!
Langganan:
Postingan (Atom)